Cari Blog Ini

Senin, 27 September 2010

KONSEP INSAN KAMIL DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM KORELASINYA DENGAN BLUE PRINT GENERASI RABBANI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam, jurusan Tadris Bahasa Inggris (TBI – C) / Semester v (lima)




Disusun OLeh Kelompok I (satu):
 Firmansyah Rowardi ( 082300520 )
 Irma Nurfitriani ( 082300494 )
 Nuraeni ( 082300505 )
 Siti Sodikoh ( 082300491 )


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ADAB
Tahun Akademik 2010 - 2011



BAB I
PENDAHULUAN


Predikat insan kamil merupakan tujuan pendidikan islam yang didambakan oleh setiap manusia. Untuk menuju kearah tersebut perlu rancangan yang sempurna dan untuk menjadi insan kamil ada konsep yang harus ditempuh.
Menurut Murtadha Muthahhari athlah dan hasil penelitian, konsep insan kamil adalah kehidupan yang seimbang antara keperluan rohani dan jasmani, tidak cenderung patuh terhadap suatu nilai secara berlebihan tanpa memperdulikan nilai-nilai yang lain, karena menusia mempunyai kecenderungan yang normal yang tidak bertentangan agama.
Kelahiran generasi Rabbani menjadi mungkin, jika umat tetap berpegang pada Al-Qur’an dan Hadits. Diperlukan pula banyaknya murabbi yang mempunyai keleluasaan dan kedalaman ilmu-ilmu. Disamping itu, generasi Rabbani akan terlahir jika banyak keluarga telah mencapai derajat sakinah, institusi pendidikan, masyarakat serta Negara berkomitmen penuh atas tegaknya dakwah islamiyyah. Usaha melahirkan kembali generasi ini di akhir zaman merupakan ikhtiar suci yang memerlulkan pengorbanan diri, waktu dan harta.





BAB II
PEMBAHASAN


1. Pengertian Insan Kamil (Manusia)
Secara etimologi (bahasa) sebagian orang mengatakan bahwa istilah “Manusia” berasal dari bahasa arab, yakni man (makhluk berakal) dan nusiya (yang dilalaikan). Dari asal kata ini, bisa diambil suatu definisi bahwa manusia adalah makhluk yang bernyawa dan memiliki akal yang didekati sifat lupa. Kata nusiya bermakana pasif, yaitu dilalaikan. Allah SWT sebagai pelaku atau pemberi kelalaian, sementara manusia sebagai objek penerima sifat-sifat lalai.
Mausia adalah makhluk Allah, ia dan alam semesta bukan bukan terjadi dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Allah SWT. Allah menciptakan manusia untuk mengabdi kepada-Nya, untuk ini ia memrintahkan manusia untuk supaya manusia itu beribadat kepada-Nya.
Firman Allah SWT

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56)

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran. Oleh karena itu ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia. Ini ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 70, yaitu:

Artinya : “Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S. Al-Isra: 70

Sesuai dengan kedudukannya yang mulia itu Allah menciptakan manusia itu dalam bentuk fisik yang bagus dan seimbang.
Firman Allah SWT :

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Q.S. At-Tiin: 4)

Untuk mempertahankan kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi yang bagus itu Allah melengakapinya dengan akal dan perasaan yang memungkinkannya menerima dan mengembangkan ilmu pegetahuan, dan membudayakan ilmu yang dimilikinya. Ini berarti bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia itu adalah karena akal dan perasaan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, yang seluruhnya dikaitkan kepada pengabdian pada pencipta, Allah SWT.
Insan kamil artinya manusia yang sempurna, adapun yang dimaksud dengan manusia yang sempurna ialah sempurna dalam hidupnya.
Umat islam sepakat bahwa diantara manusia, Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang telah mencapai derajat kesempurnaan dalam hidupnya Selama hayatnya, segenap pri kehidupan beliau menjadi tumpuan perhatian masyarakat, karena segala sifat terpuji terhimpun dalam dirinya, bahakan beliau merupakan lautan budi yang tidak akan pernah kering airnya.
Untuk dapat mencapai macam insan kamil, seseorang lebih senang dengan menempuh cara hidup sebagai seorang sufi. Kehdupan orang sufi lebih menonjolkan segi kerohaniaannya dalam kehidupannya. Tentu prinsip ajaran yang berkaitan dengan hidup kerohaniaan akan senantiasa diukur dengan Al-Qur’an dan Sunah Nabi SAW.
Manusia unggul adalah mereka yang memenuhi cirri-ciri individu islam yang sebenarnya menurut kehendak Al-Qur’an dan Sunah dalam seluruh aspek kehidupan. Bagi mewujudkan manusia unggul, seseorang itu hendaklah memiliki cirri-ciri keunggulan yaitu keimanan yang utuh, amal ibadat yang meliputi ibadat khususiah dan fardhu kifayah dan akhlak mulia yang merupakan cermin keimanan dan amal shalih.
Seseorang dianggap sempurna dalam hidupnya apabila memenuhi kriteria-kriteria tertentu:
a. Keimanan Yang Utuh
Keimanan kepada Allah adalah paksi pembinaan Negara dengan umah. Dengan keimanan itu akn lahirlah individu yang ungul dan masyarakat yang berbudi luhur, berdisiplin dan beramanah demi kebaikan dunia dan akhirat, Allah SWT berfirman:
Artinya : Demi masa(1), Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian(2), Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran(3).” (Q.S. Al-Ashr: 1-3).

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa manusia yangb beruntung ialah mereka yang beriman dan beramal shalih. Beriman kepada Allah adalah proses peralihan jiwa manusia dari menganggap dirinya bebas dari kuasa dan ikatan serta tanggung jawab kepada ketundukan mengaku tanpa syarat bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad itu Rasulullah.

b. Pelaksanaan Amal Ibadat
Keimanan tanpa ketaatan melalui amal ibadat adalah sia-sia. Seseorang yang berpribadi unggul akan tergambar jelas keimanannya melalui amal perbuatan dalam kehidupan sehariannya.bahkan jika dikaji tujuan Allah menjadikan manusia itu sendiri ialah supaya beribadat kepadanya. Firman Allah SW :

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beibadat kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56)

Ibadat adalah bukti ketundukan seseorang hamba setelah mengaku beriman kepada tuhannya. Ibadat yang dimaksud disini ialah ibadat khususiah yang meyentuh fardhu ain dan juga fardhu kifayah yang merangkumi hubungan manusia sesama manusia. Justru itu, bagi individu yang berpribadi unggul, seluruh hidupnya baik hubungan dengan pencipta ataupun masyarakat adalah dianggap ibadat. Allah SWT berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (1), (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya (2), Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (3), Dan orang-orang yang menunaikan zakat (4), Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya (5), Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa(6). (Q.S. Al-Mu’Minun: 1-6)

c. Akhlak Mulia
Akhlak mulia bagi pribadi unggul adlah hasil keimanan yang kental. Ini disebabkan tali ikatan yang menjalinkan hubungan antara individu dengan masyarakat dengan terbentuk melalui nilai-nilai dan disiplin yang diamalkan oleh anggota masyarakat tersebut. Sekiranya nilai yang diamalkan itu positif maka akan lahirlah sebuah masyarakat yang aman, damai, harmoni dan diselubungi roh islam. Rasulullah adalah contoh utama pembentukan Akhlak. Dal;am sebuah Hadits,
Baginda SAW bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (Riwayat Ahmad)
d. Amanah
Amanah adalah sifat mulia yang mesti diamalkan oleh setiap orang islam. Ia adalah asas ketahanan umat, kestabilan Negara, kekuasaan, kehormatan dan roh keadilan. Firman Allah SWT: “Maka Tunaikanlaholeh orang yang diamanahkan itu akan amanahanya dan bertaqwalah kepada Allah, Tuhannya.” (Q.S. Al-Baqarah: 283)
e. Ikhlas
Ikhlas adalah inti setiap ibadah dan perbuatan. Firman allah SWT: “Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepada-Nya” (Q.S. Al-Bayyinah: 5)
Ikhlas akan mengasilkan kemenangan dan kejayaan. Masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas akan mencapai kebaikan dunia dan akhirat, bersih dari sifat kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian dan kesejahteraan.
Sabda Rasulullah. “Bahagialah dengan limpahan kebaikan bagi orang-orang yang bila dihadiri (berada dalam kumpulan) tidak dikenali, tetapi apabila tidak hadir tidak pula kehilangan, mereka itulah pelita hidayah. Tersisih dari mereka segala fitnah dan angkara orang yang dzalim”. (Riwayat ImamAl-Baihaqi).

f. Tekun
Islam menggalakkan umatnya supaya tekun apabila melakukan sesuatu pekerjaan sehingga selesai dan berjaya. Sabda Rasulullah, “Sesungguhnya Allah SWT menyukai seseorang yang bekerja melakukannya dengan tekun”. (Riwayat Abu Daud).
Sifat tekun akan megajarkan produktiviti ummah, melahirkan susasana kerja yang aman dan memberi kesan yang baik kepada masyarakat.
g. Berdisiplin
Berdisiplin dalam menjalankan suatu pekerjaan akan dapat menghasilkan mutu kerja yang cemerlang. Jhasrat Negara untuk maju dan cemerlang akan dapat dicapai dengan lebih cepat lagi dengang berdisiplin seseorang itu akan dapat menguatkan pegangannya terhadap jalan ajaran agama dan menghasulkan muutu kerja yang cemerlang.
h. Bersyukur
Bersyukur dalam konteks pribadi unggul berlaku dalam dua keadaan: pertama, sebagai tanda kerndahan hati terhadap segala nikmat yang diberikan oleh pencipta. Kedua, beryukur sesama makhluk sebagai ketetapan daripada Allah supaya kebajikan senantiasa dibalas dengan kebajikan. Firman Allah SWT : “Demi sesungguhny jika kamu bersyukur maka aku akan tambahkan nikmat-Ku kepadamu dan sejkiranya kamu kufur, sesungguhnyn adzab-Ku amatlah pedih” (Q.S. Ibrahim: 7)


i. Sabar
Didalam mengahadapi cobaan hidup, kesabaran amat sangat penting untuk membentuk pribadi unggul seperti yang dikehendaki Allah. Firman Allah SWT: “Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara kebajikan) dan kuatkanlah kesabaran kamu (lebih dari pada kesabaran musuh di medan perang) dan bersedialah serta bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu berjaya” (Q.S. Ali-Imran: 200)
j. Adil
Adil bermaksud meletakkan sesuatu pada tempatnya. Para ulama membagikan adil kepada beberapa peringkat, yaitu adil terhadap diri sendiri, orang bawahan, pemimpin atasan dan juga sesame saudara. Sabda rasulullah, “Tiga perkara yang meneyelamatkan yaitu takut kepada allah ketika bersendirian da di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan bersifat cermat ketika susah dan senang, dan tiga perkara yang membinasakan, yaitu mengikuti hawa nafsu, trlampau bakhil dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri” (Riwayat Abu Syeikh)

2. Sifat-Sifat Manusia Sempurna
Sifat-sifatnya terdiri daripada beberapa cirri, yaitu:
a. Keimanan
b. Ketaqwaan
c. Keadaban
d. Keilmuan
e. Kemahiran
f. Ketertiban
g. Kegigihan dalam kebaikan dan kebenaran
h. Persaudaraan
i. Persepakatan dalam hidup perpaduan dalam ummah

Cirri-ciri inilah yang menjamin manusia menjadi sempurna dan mencapai hasanah dalam dunia dan juga hasanah dalam akhirat.

3. Generasi Rabbani
Generasi Rabbani merupakan generasi yang kita idam-idamkan. Bagaimana tidak, generasi ini yang Allah banggakan Al-Qur’anul kariim.
Firman Allah SWT:

Artinya: “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. (Ali-Imran: 79)

Rabbani ialah orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah SWT. Menurut salah seorang ulama tafsir yang ita kenal, yakni Imam Atthabari, orang-orang Rabbani memliki karakter sebagai berikut:
a. Faqih, Faqih adalah memiliki pemahaman islam yang baik. Memahami prinsip-prinsip dasar islam seperti aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah.
b. ‘Alim, Orang yang ‘alim adalah orang yang berilmu. Secara umum ilmu Allah terbagi dua cabang yaitu ilmu yang khusus dan ilmu yang umum. Ilmu yang khusus melalui jalur wahyu Allah, sementara ilmu yang umum Allah ilhamkan dan dengan kemampuan manusia ilmu tersebut dapat dirumuskan. Oleh karena itu definisi ilmu dalam konteks ini adalah spesialisasi atau keahlian. Missal dengan ilmu fisiologi, anatomi, patologi, seseorang dapat dikatakan dokter.
c. “Melek” Polotik, Artinya orang yang rabbani peka terhadap kondisi rakyat dan negaranya. Mereka (generasi rabbani) tidak hanya faqih dan ‘alim namun juga memiliki kesadaran berpolitik yang baik. Sehinga dapat saya katakana mereka benar-benar peduli dan kontreibutif terhadap bangsanya.
d. “Melek” Manajemen, Generasi rabbani teratur dalam segala urusannya. Karena memahami ilmu manajemen dan senantiasa mengamalkannya.
e. Mampu menjalankan urusan orang lain dengan baik, Atau dalam istilah lain memiliki sifat amanah dan cakap menjalankan pekerjaannya (amanah tesebut)
Perkataan ribbiyy dan Rabbaniyy merujuk pada segolongan manusia yang mempunyai ilmu yang luas lagi mendalam berkenaan dengan agama. Dengan bekal ilmunya, iapun mampu menjalankan amar ma’rufcnahi munkar, dengan penuh kesabaran serta istiqomah. Dalam Al-Qur’an Allah menyebuut tentang golongan ini dalam beberapa tempat, semisal surat Ali-Imran ayat 7, 79 dan 146, surat Al-Maaidah ayat 43-44. Sibawaih, seorang ahli bahasa berpendapat : jika huruf alif dan nun ditambahkan pada perkataan Ribbiyy, lalu menjadi Rabbaniyy, menunjukan mereka adalah golongan yang sangat mendalam ilmunya mengenai ketuhanan. Pada hari kematian Abdullah Ibn Abbas r.a, telah berkata Muhammad ibn Ali ibn Hanafiyah, hari ini telah gugurseorang rabbaniyy dari umat ini. Ibn Abbas r.a memang terkenal dikalangan sahabat berkat kedalam dan keluasan ilmunya.
Di dalam al taalim Imam Al-Baanna telah menegaskan bahwa umat mesti membentuk diri, agar menjadi insane kamil yang emempunyai aqidag sejahtera, ibadah yang shahih, akhlak yang mantap, pikiran yang berasaskan ilmu, tubuh yang kuat, diri yang berjihad, diri yang dihargai, tugas yang tersusun dan senantiasa memberi manfaat kepada orang lain. (Risalat al-Taalim, rukun al-amal). Itulah criteria figure generasi rabbani, menurut tokoh pelopor ikhwanul muslimin ini.
As-Syahid Sayyid Quthb dalam rumusannya mengenai generasi Rabbani (dengan merujuk pada generai sahabat era Rasulullah SAW), menegmukakan tiga cirri penting dari generasi awal islam itu, seperti: selalu membersihkan dari dari segala unsure jahiliyah, sumber rujukan mereka yang utama hanyalah Al-Qur’an al Karim, dan apa yang dipelajarai semata-mata hanyalah untuk diamalkan.
Kelahiran generasi rabbani menjadi mungkin, jika umat tetap berpegang pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Diperlukan pula banyaknya murabi yang mempunyai keluasan dan kedalaman ilmu. Disamping itu, generasi rabbani akan terlahir jika banyak keluarga telah mencapai derajat sakinah, institusi pendidikan, masyarakat serta Negara berkomitmen penuh atas tegaknya dakwah islamiyah. Usaha melahirkan kembali generasi rabbani di akhir zaman, merupakan ikhtiar suci yang memerlukan pengorbanan diri, waktu dan harta.
Allah berfirman “Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui.” (Q.S. Al-Maidah: 54)
Dari ayat ini bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa karakteristik dari generasi rabbani yang pertama adalah yuhibbu-hum wa yuhibbunahu, mereka mencintai Allah melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, tidak mau terlibat dalam kebobrokan- kebobrokan mental genarasinya, mempunyai hati yang bersih dan allah pun mencintai mereka. Karakter kedua yaituAdzilatin ‘alal mu’minin a’izzatin ‘alal kafirin, rendah hati terhadap orang mu’min dank eras terhadap orang kafir. Dan karakter yang ketiga adalah mereka bergerak dan berjuang dijalan Allah dan mereka tidak khawtir atau takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela.
Inilah generasi rabbani yang merupakan sosok muslim yang ideal. Mudah-mudahan kita bisa membimbing dan mendidik keturunan da keluarga kita agar generasi-generasi rabbani yang akan dating meneruskan perjuangan dan tegaknya diinul islam. Sebab jika tidak tungulah kehancurannya.



BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Insan kamil artinya manusia yang sempurna, umat islam sepakat bahwa diantara manusia, nabi Muhammad SAW adalah manusia yang telah mencapai derajat kesempuraan dalam hidupnya. Mereka yang memenuhi ciri-ciri individu islam yang sebenarnya menurut kehendak Al-Qur’an dan As-Sunah dalam seluruh aspek kehidupan.
Sifat manusia sempurna terdiri dari beberapa cirri yaitu keimanan, ketqwaan, eadaban, keilmuan, kemahiran, persaudaraan dan sebagainya. Cara-cara inilah yang menjamin manusia menjadi sempurna dan mencapai hasanah dalam dunia dan hasanah dalam akhirat.
Di dalam Al-Taalim Imam Al-Banna telah menegaskan bahwa umat islam mesti membentuk diri, agar menjadi insane kamil yang mempunyai aqidah yang lurus, ibadah yang shahih, akhlak yang mantap, pikiran yang berasaskan ilmu, tubuh yang kuat, hidup yang berdikari, diri yang berjihad, tugas yang tesusun dan senantiasa memberi manfaat.
Generasi Rabbani merupakan gerakan yang kita idam-idamkan. Bagaimana tidak, generasi ini dibanggakan Allah dalam Al-Qur’an al kariim. Menurut Atthabari, orang-orang rabbani memilii karakter: faqih, ‘alim, melek politik, melek manajemen, mampu menjalankan urusan orang lain dengan baik.


Daftar Pustaka

Darajat, Zakiah.1991.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara
Ihsan, Hamdani.2007.Filsafat Pendidikan Islam.Bandung : Pustaka Setia
Muhaimin.2002.Paradigma Pendidikan Islam.Bandung : PT.Remaja Rosdakarya
Mustafa.2007.Akhlak Tasawuf.Bandung : Pustaka Setia
Rajabi, Mahmoed.2006.Horizon Manusia. Jakarta : AL-Huda
Wahyudi, Agus.2007.Rahasia Hakikat Diri Manusia Menuju Insan Kamil. Jogjakarta : Lingkaran
Http//www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar